Wednesday, May 21, 2008

perayaan itu demikian megahnya. angka, yang katanya punya peran dalam semesta ini, ikut jadi pemulas. faktanya, ikrar sang presiden malam itu tak sepenuhnya menarik meski sempat menyampuli satu dua media. publik tengah tercuri hatinya dengan kematian gubernur masa lalu. angka, dalam kemegahan perayaan bersama presiden itu memang hanya diramu menjadi suguhan. peringatan ke-100, penggembira yang 30 ribu, dan lain-lain.


sayang disayang, nominal yang spektakuler itu menjadi tidak banyak berarti. pikir saya, angka penunjang slogan mereka tak selalu laris manis seperti gaya bahasa pebisnis hiburan. ‘hidup adalah perbuatan’ atau ‘indonesia bisa’ memiliki cita rasa sama menjelang 2009. bukan rasa tebu asli, mungkin sakarin.

malam itu di bawah bulan sebesar melon di belahan langit barat, taksi berwarna putih membawa saya melayat sang purnawirawan yang belum datang. pengemudi taksi punya nomor lambung 016. meski demikian, pembicaraan tentang angka identitas taksi yang saya tanyakan padanya menjadi kalah seru.

“kalau yang sekarang ini istrinya masih kinclong, tetapi bagusnya dia itu janda terhormat, jadi nanti kawin lagi juga nggak masalah. nggak seperti itje trisnawati, laki sudah keriput sakit-sakitan ditinggal, cari laki yang baru, eh malah ditinggal mati lagi. kualat.”

“lain sama istrinya ali sadikin yang kedua ini kan masih muda, cantik. dulu baru lulus sma dikawin sama ali sadikin.”

saya jadi antusias; bapak teman istrinya almarhum?

“saya ya baca di koran, mbak.”


*eh, soal nomor lambung tadi bagaimana ya??

No comments: